Mau Bahagia?  Ini caranya (Bagian 1)

Jangan lupa bahagia, dan jangan sampai terlambat mempelajari resep menuju bahagia

Mau Bahagia?  Ini caranya (Bagian 1)
(c) TEDx

LAKBAN - Kamu ingin hidup bahagia kan? Ternyata rahasianya ada dalam hasil penelitian paling gila yang dilakukan di Amerika Serikat. Gila karena lamanya. Penelitian ini berlangsung 75 tahun. Sudah ganti 44 direktur peneliti dan sebagian respondennya sudah wafat.

Apa yang membuat kita tetap sehat dan bahagia dalam menjalani hidup? Ada survei terkini yang menanyakan pada anak-anak muda, apa tujuan terpenting dalam hidup mereka, dan lebih dari 80% menjawab tujuan terpenting hidup mereka adalah menjadi kaya. Dan 50% lainnya menjawab bahwa tujuan hidup penting lainnya adalah menjadi terkenal. Ini adalah uraian singkat dari presentasi Robert Waldinger di TEDTalks.

Kebanyakan orang selalu bilang kita harus fokus dalam pekerjaan, bekerja lebih keras dan mencapai lebih. Kita diberi kesan seakan inilah yang harus kita kejar untuk menjalani hidup yang baik.  Sebagian besar yang kita ketahui tentang kehidupan manusia, kita tahu dari bertanya pada orang-orang tentang masa lalu, dan seperti kita ketahui, ini bukan cara yang akurat. Kita lupa sebagian besar kejadian dalam hidup kita, dan terkadang memori bisa sangat kreatif.

Studi Harvard tentang Perkembangan Orang Dewasa mungkin adalah studi terlama tentang kehidupan dewasa yang pernah dilakukan. Selama 75 tahun, Robert Waldinger dan timnya  memonitor kehidupan 724 pria, setiap tahun kami menanyakan tentang pekerjaan, rumah tangga, kesehatan mereka, dan tentu saja tanpa mengetahui akan seperti apa hidup mereka.

Studi seperti ini sangat langka. Hampir semua proyek seperti ini bubar sebelum 10 tahun karena terlalu banyak orang keluar dari studi, atau pendanaan untuk riset habis, atau penelitinya mulai kehilangan arah, atau mereka meninggal, dan tidak ada yang melanjutkan studi. Tapi berkat gabungan keberuntungan dan kegigihan beberapa generasi peneliti, studi ini bertahan.

Sekitar 60 dari 724 pria yang  dimonitor masih hidup, masih berpartisipasi dalam studi ini, kebanyakan dari mereka berusia 90an. Dan sekarang tim ini  mulai mempelajari lebih dari 2.000 anak-anak dari para pria ini. Dan Robert adalah direktur ke-4 dari studi ini.

Sejak tahun 1938, tim ini memonitor kehidupan dua kelompok pria. Kelompok pertama dalam studi ini mulai saat mereka jadi mahasiswa baru di Harvard College. Mereka lulus kuliah saat Perang Dunia II, dan sebagian besar pergi untuk ikut berperang.

Dan kelompok kedua yang tim ini ikuti adalah sekelompok anak laki-laki dari kawasan paling miskin di Boston, mereka dipilih untuk studi ini karena mereka berasal dari keluarga bermasalah dan miskin di Boston pada tahun 1930an. Sebagian besar hidup di rumah petak, tanpa akses air panas maupun dingin.

Saat mereka mulai mengikuti studi ini, semua remaja ini  diwawancarai oleh tim ini. Tim ini juga melakukan tes kesehatan. Tim ini pergi ke rumah mereka dan mewawancarai orang tua mereka. Kemudian, para remaja ini tumbuh dewasa dan mempunyai profesi yang bervariasi.

Ada yang menjadi buruh, pengacara, tukang bangunan, dan dokter, satu orang jadi Presiden Amerika Serikat. Ada yang menjadi pecandu minuman keras. Beberapa menderita schizoprenia. Beberapa menanjaki strata sosial dari paling bawah hingga paling atas, dan beberapa menempuh jalan sebaliknya.

Ternyata bukan uang, ketenaran, atau kerja keras yang menjamin hidup bahagia. Hubungan sosial lah yang menjadi kata kuncinya. Perasaan terasing dan terbuang yang membuat orang tidak bahagia dan sakit-sakitan. Bagaimana detailnya? Kita akan ulas di bagian kedua dari paparan ini.